SAPULANGIT.COM – Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria menyoroti perubahan besar yang sedang terjadi dalam lanskap media di era disrupsi digital.
Dia menilai bahwa media besar saat ini sedang mengalami kesulitan, sementara media kecil yang memiliki biaya operasional lebih efisien mampu bertahan.
“Di tengah guncangan ini kelihatannya yang besar-besar yang kesulitan.”
“Tapi media yang kecil yang mungkin biayanya juga cukup efisien mereka bisa bertahan,” kata Nezar di Jakarta, Rabu (3/7/2024)
Baca Juga:
Terungkap Alasan Siman Bahar Mangkir Lagi dari Panggilan KPK, Kasus Dugaan Korupsi PT Aneka Tambang
Menteri Yandri Susanto Soroti Dugaan Pemerasan ke Kades oleh Okum LSM dan Wartawan Gadungan
Nezar menuturkan, di tengah situasi ini, muncul berbagai media baru yang lebih tersegmentasi dan berinteraksi langsung dengan audiens mereka.
Media-media ini mengajak pembaca atau penonton untuk turut berpartisipasi dalam menentukan informasi yang mereka butuhkan.
Menurut dia, di abad ke-21 ini, media telah kehilangan kendali atas audiensnya.
Kini, platform digital dengan algoritma mereka yang menentukan siapa yang membaca atau menonton media tersebut, bukan lagi media itu sendiri.
Baca Juga:
Megawati Ulang Tahun, Beri Potongan Tumpeng ke Guntur, Boediono, Mahfud MD, dan Ganjar Pranowo
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman Takziah ke Rumah Duka, Wartawan Senior HM Alwi Hamu Berpulang
Nezar menilai dampak dari perubahan ini sangat serius terhadap model bisnis media tradisional.
Ia mengatakan saat ini terjadi penurunan signifikan dalam konsumsi media tradisional seperti televisi dan radio.
Di sisi lain, tren media digital seperti siniar atau podcast mengalami peningkatan pesat.
“Kalau menurut survei tinggal 30 menit orang mendengarkan radio dan yang menonton televisi di bawah dua jam sekarang, itu data 2021.”
Baca Juga:
Ada Pihak yang Diam-diam Incar Posisi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri: Gila!
Jokowi Ucapkan Selamat Ulang Tahun, Panda Nababan: PDIP Sudah Legawa dengan yang Dilakukan Jokowi
“Di 2023 atau 2024 kita enggak tahu kemungkinan besar menurun lagi,” kata dia.
Selain itu, lanjut dia, hadirnya platform digital memunculkan fenomena “homeless media”
Yaitu media yang tidak memiliki situs web sendiri dan hanya menggunakan platform seperti Instagram untuk menyebarkan berita.
Nezar mengatakan bahwa disrupsi digital ini telah memberikan tantangan besar bagi industri komunikasi.
Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memetakan situasi ini dengan tepat dan merumuskan model bisnis yang baru.
Ia mengatakan generasi muda saat ini tidak lagi membaca koran atau menonton televisi, dan generasi mendatang mungkin tidak akan mengenal media tradisional sama sekali.
“Dan itu evolusinya terus berlangsung dan ini kenyataan yang harus kita terima sebagai sebuah keniscayaan perubahan akibat teknologi,” kata Nezar.
Terkait upaya pemerintah dalam mendukung industri media di tengah disrupsi digital, Nezar mengatakan saat ini pihaknya sedang menunggu Revisi Undang-Undang (RUU) tentang Penyiaran yang saat ini sedang digodok oleh DPR.
“Kita kan lagi menunggu revisi UU Penyiaran, ini lagi digodok DPR. Kementerian Kominfo belum menerima drafnya.”
“Nanti kalau sudah diterima kita akan coba pelajari dan akan membicarakan lebih dalam, lebih detail dengan pemangku kepentingan.”
“Baik itu dengan masyarakat sipil maupun pelaku industri,” pungkas dia.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Pangannews.com dan Infoekbis.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Hallopresiden.com dan Bogorterkini.com
Sedangkan untuk publikasi press release di media ini atau serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Pastikan download aplikasi portal berita Hallo.id di Playstore (android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik.